Sekjen DPC Gerindra Terima Mandat Sebagai Ketua DPRD Kabupaten Yalimo
RINDUYALIMO.COM-Sekretaris DPC Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) Kabupaten Yalimo, Provinsi Papua Pegunungan, Elia Yare menyampaikan terimakasi
Read moreRINDUYALIMO.COM- Juru Bicara Jaringan Damai Papua (Jubir JDP) Yan Christian Warinussy menyerukan agar dilakukan investigasi Hak Asasi Manusia (HAM) yang independen dan melibatkan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia Republik Indonesia (Komnas HAM RI).
Usulan JDP didasari alasan yang melekat ada amanat pasal 7, pasal 8 dan pasal 9 Undang Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2000 Tentang Pengadilan HAM.
Yan Christian Warinussy mengatakan investigasi tersebut harus pula mampu mengungkap model luka yang dialami para korban, termasuk korban tewas dan analisa forensik dan uji balistik untuk memastikan jenis peluru dari senjata yang diduga dipergunakan untuk menyerang warga sipil tersebut.
Ia menyebut investigasi Komnas HAM juga harus mendalami keberadaan TPNPB serta cakupan wilayah kerja mereka hingga ke dekat Puskesmas Angguruk. Sehingga bisa diperoleh fakta yang benar, apakah serangan tersebut memang benar dilakukan oleh TPNPB? Atau kah merupakan “skenario” dari sebuah rencana kontra spionase semata?
Sebagai Juru Bicara Jaringan Damai Papua (Jubir JDP) Yan Christian Warinussy menyampaikan keprihatinannya atas kejadian dan peristiwa “mengenaskan” yang terjadi di kampung Angguruk, Kabupaten Yalimo, Provinsi Papua Pegunungan, Minggu (23/3/2025).
Awalnya, ada klaim bahwa peristiwa tersebut terjadi berupa “serangan” oleh Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB). Sehingga mengakibatkan 6 (enam) dari 7 (tujuh) orang tenaga guru kontrak dan tenaga kesehatan (nakes) tewas.
Padahal faktanya, hanya seorang guru wanita muda belia bernama Rosalia Rerek Sogen (29) asal Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT) yang diduga korban tewas karena luka tembakan senjata api.
Sementara keenam rekannya, yaitu Fidelis De Lena (32) dan Cosmas Paga (29) Irmawati Nainggolan (26) mengalami luka berat. Sementara yang mengalami luka ringan sebanyak 3 (tiga) orang, yaitu : Vantiana Kambu ,(32), Diosina Taroli More (27), dan Penus Lepi (33) mengalami luka ringan.
JDP menyesalkan peristiwa Angguruk, Kabupaten Yalimo, Provinsi Papua Pegunungan yang merupakan peristiwa keberulangan dari peristiwa yang sama sebelumnya di wilayah Tanah Papua Pegunungan dari masa ke masa.
Pilihan menggunakan pendekatan keamanan dengan pengerahan personi pasukan militer di Tanah Papua sepanjang lebih dari 50 tahun terakhir ini tidak pernah menghindarkan Tanah Papua dan Rakyat Papua yang adalah Orang Papua Asli dari kekerasan secara terus menerus.
Bahkan menimbulkan akibat yang menyakitkan dan memilukan pula bagi para tenaga guru, tenaga kesehatan maupun tenaga operator peralatan telekomunikasi seluler yang hendak bekerja dan menolong kehidupan sosial ekonomi di wilayah Papua Pegunungan hingga Papua Tengah.
Dimana jelas tersirat bahwa peristiwa tragis yang dialami para guru dan nakes di Angguruk, Kabupaten Yalimo, Provinsi Papua Pegunungan tersebut merupakan peristiwa Pelanggaran HAM Berat. Karena mereka para korban jelas tidak bersenjata alias sipil murni dan diperhadapkan pada sekelompok orang bersenjata.
JDP berharap semua pihak yang terlibat konflik bersenjata sepanjang waktu di wilayah tersebut (TNI, Polri atau TPNPB) tidak terlibat dan ikut membantu mengamankan proses investigasi HAM yang dipimpin oleh Komnas HAM RI tersebut.(***)
RINDUYALIMO.COM-Sekretaris DPC Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) Kabupaten Yalimo, Provinsi Papua Pegunungan, Elia Yare menyampaikan terimakasi
Read moreMEEPAGO.COM-Gubernur Papua Pegunungan, Jhon Tabo, mengaku belum memiliki gedung kantor untuk berdinas usai dilantik Presiden RI Prabowo Subianto. Ia m
Read moreRINDUYALIMO.COM-Dalam rangka mengukur kinerja dan tingkat kedisiplinan para Aparatur Sipil Negara (ASN) dilingkungan pemerintah Kabupaten Yalimo, Prov
Read moreRINDUYALIMO.COM-Kerusuhan terjadi di Wamena saat syukuran Bupati dan Wakil Bupati Jayawijaya, Sabtu (15/3/2025) sore. Akibatnya enam orang terluka dal
Read more